Kalau kamu merasa masih muda, aktif bekerja namun menanggung beban untuk membiayai hidup dari dua sisi, biaya dirimu sendiri plus keluargamu (jika telah berpasangan) serta biaya hidup orangtuamu atau mertua.
Jika hal di atas terjadi pada dirimu, selamat kamu adalah bagian dari judul artikel ini.
Layaknya sandwich, daging/telor/sayur-nya, terjepit diantara dua roti di kanan dan kiri. Jepitan kokoh yang kadang harus disertakan tusuk gigi agar tak mudah lepas. Bentukan Generasi Sandwich ini terjadi karena pola pikir lama yang mengidentikan anak adalah sumber investasi orang tuanya kelak. Tanpa berfikir kalau anak pun ketika dewasa mempunyai beban ekonomi nya sendiri.
Seiring dengan tingkat modernitas di beberapa negara maju seperti Jepang dan Jerman, orang tua sudah dengan sadar memiliki rencana masa depannya sendiri tanpa membenani generasi penerusnya.
Jika dibicarakan dalam tataran lokal bisa terbentur oleh norma kepantasan serta kebiasaan yang melekat pada budaya kita.
Saya terjepit, apa yang harus saya lakukan?
Jika kamu saat ini sudah menjadi bagian dari Generasi Sandwich, tidak lain yang harus dilakukan adalah melakukan tindakan-tindakan preventif jika orang tua atau mertuamu itu nanti membutuhkan biaya tinggi dari faktor kesehatan.
Jika saat ini mereka sehat, maka selamat. Segeralah buka polis sakit kritis untuk mereka. Tidak masalah kamu yang membiayai polisnya, lebih baik kamu teratur mengeluarkan sedikit dana dari pada jika ada resiko sakit kritis maka semua dana menjadi tanggunganmu.
Lalu apalagi yang kamu perlu lakukan?
Tidak banyak, selain membukakan polis, aturlah waktu check up tahunan untuk mereka, agar deteksi dini sakit akan lebih mudah terkontrol. Satu hal yang perlu kamu ingat, perhatian serta waktu yang kamu berikan menjadi bagian significant untuk mereka. Sisihkanlah waktu disela kesibukanmu.
Lalu bagaimana cara menghindari agar anak tidak menjadi Generasi Sandwich berikutnya?
Karena sebaiknya manusia adalah yang belajar dari pengalaman maka cobalah ikuti beberapa Saran berikut agar generasi berikutnya tidak mengalami nasib serupa kelak:
- Siapkan dana pensiun yang cukup.
Bicara tentang nominal pasti sangat bervariasi alias tentative. Namun ada satu patokan yang kamu bisa jadikan acuan untuk menjawab pertanyaan klasik seperti,
“Berapa angka pensiun yang cukup itu?”
Kamu ingat dan catat berapa pengeluaran rutinmu saat ini, jika sudah ketemu angkanya kalikan 12 kemudian kalikan lahi 10. Angka 12 untuk dikalikan dalam setahun dan angka 10 untuk persiapan 10 tahun setelah pensiun. Jika hendak dikalikan lebih dari 10 tahun setelah pension, maka akan lebih baik lagi. Mengingat semakin baiknya gaya hidup dan meningkatnya rata-rata usia harapan hidup orang Indonesia.
- Berinvestasi dalam instrument investasi jangka panjang.
Mulailah ikut gerakan menabung saham. Membeli saham yang kamu percaya dapat memberikan keuntungan dividen setiap tahun, lalu simpanlah. Saham yang kamu beli itu sedikit demi sedikit akan menumpuk, kemudian dapat memberikan keuntungan selain daripada dividen nantinya juga dari selisih harga.
- Berasuransilah secara benar
Kenali dan ikuti asuransi sakit kritis sedari dini, ketika kamu sehat dan muda. Karena mengambil program asuransi apapun manfaatnya jauh lebih murah ketika kamu mulai sedari muda. Faktor usia berpengaruh dalam penentuan harga preminya, selain gaya hidup seperti perokok atau non perokok.
Jika sudah, kamu dapat terima kasih tidak terhingga dari anakmu, karena sudah menyelamatkan dirinya dari derita generasi sandwich berikutnya.
Selamat mencoba 😊