Barang inferior adalah barang yang permintaannya justru berkurang bila pendapatan seseorang bertambah tinggi. Para pembeli yang mengalami kenaikan pendapatan akan mengurangi pengeluarannya untuk barang-barang inferior dan menggantikannya dengan barang-barang lain yang lebih baik mutunya[1]. Ibaratnya, barang inferior adalah barang yang dibeli ketika “kepepet”.
Barang Inferior memiliki ciri-ciri sebagai berikut
Kualitasnya rendah
Mudah diperoleh
Harganya murah
Tidak berlaku bagi semua orang, hanya berlaku bagi suatu kelompok masyarakat berpenghasilan tertentu
Sebagai contohnya, ketika pendapatan turun maka seseorang mengonsumsi nasi aking. Masyarakat kelas bawah menjadikannya sebagai makanan pokok pengganti nasi karena tak mampu membeli beras. Namun, ketika pendapatan naik, orang tersebut tak lagi mengonsumsi nasi aking, namun menggantinya dengan beras (yang apabila dimasak, akan menghasilkan nasi putih yang layak dikonsumsi). Maka, nasi aking merupakan barang inferior.
Contoh lainnya adalah sandal jepit. Ketika tingkat pendapatan masyarakat rendah, permintaan terhadap barang tersebut akan tinggi. Namun, ketika tingkat pendapat masyarakat meningkat, permintaan atas barang tersebut akan turun karena masyarakat memilih untuk membeli sandal lain yang lebih berkualitas meskipun dengan harga yang lebih mahal.